Populasi Anjlok, Jepang Naikkan Usia Pensiun PNS Imbas Kurangnya Pekerja Usia Muda

Jakarta –

Jepang kini khawatir karena populasinya anjlok. Penurunan tersebut diyakini dipicu oleh banyaknya warga yang menolak melahirkan. Mengatasi situasi ini, pemerintah Jepang mencoba berbagai cara untuk meningkatkan keinginan masyarakat untuk berkeluarga kembali.

Salah satunya, usia pensiun PNS Jepang dan daerah akan dinaikkan menjadi 61 tahun pada awal April. Sebelumnya, usia pensiun adalah 60 tahun. Karena penekanan pemerintah, kurangnya tenaga kerja sekarang juga mencerminkan jumlah penduduk negara yang semakin berkurang.

Dikutip dari The Japan Times, ke depan usia pensiun akan dinaikkan satu tahun setiap dua tahun hingga mencapai 65 tahun pada tahun anggaran 2031.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Karena usia pensiun publik dinaikkan menjadi 65 tahun, orang yang pensiun pada usia 60 tahun akan memiliki seumur hidup tanpa penghasilan. Untuk mengatasi kesenjangan ini, Jepang menerapkan sistem perekrutan ulang.

Pemerintah Jepang berharap, dengan menaikkan usia pensiun, pekerja yang lebih tua dapat mendukung pekerja yang lebih muda dengan berbagi pengalaman.

Pada kesempatan sebelumnya, Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan pihaknya menempatkan prioritas tertinggi dalam upaya mengatasi penurunan angka kelahiran. Karena dia memprediksi pada tahun 2030, jumlah anak muda di Jepang hanya tinggal separuh dari jumlah saat ini.

“Pada tahun 2030-an, populasi muda Jepang akan menurun dua kali lipat dari tingkat saat ini. Enam hingga tujuh tahun ke depan akan menjadi kesempatan terakhir untuk membalikkan penurunan tingkat kelahiran,” kata Kishida.

Jumlah bayi yang lahir di Jepang pada tahun 2022 turun ke level terendah baru dalam tujuh tahun, turun di bawah 800.000 kelahiran untuk pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada tahun 1899.

Tonton Video “Angka Kelahiran Jepang Turun, Pejabat Khawatir Bangsa Ini Menghilang”
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/kna)